Biografi Bung Hatta, Proklamator Hobi Baca

Ary
0
Bung Hatta : Biografi Bung Hatta, Proklamator, Wakil Presiden Pertama RI, ekonom hobi baca

Biografi Singkat Bung Hatta

Bung Hatta adalah wakil presiden pertama Republik Indonesia, pejuang, pahlawan nasional dan digelari bapak koperasi. dikenal juga sebagai sosok cerdas sejak muda yang hobi baca dan gemar koleksi buku. Berikut biografi singkatnya.

Dr.(HC) Drs. H. Mohammad Hatta, memiliki nama lahir Mohammad Attar. Kelak lebih dikenal sebagai bung Hatta. Lahir pada 12 Agustus 1902 di Fort de Kock Hindia Belanda (Saat ini bukit tinggi Sumatera Barat Indonesia).

Ayahnya bernama Muhammad Djamil dan ibunya Siti Saleha. Hatta berasal dari keluarga ulama Minangkabau. Ayahnya meninggal ketika ia masih umur 7 bulan.  Kemudian ibunya  menikah lagi dengan seorang pedagang asal Palembang dan melahirkan 4 anak, semuanya perempuan.

Bung Hatta memperistri seorang perempuan namanya Rahmi Rachim. Dari pernikahanya, dikaruniai 3 anak perempuan. Anak pertama bernama Meutia Farida Hatta, anak keduanya Gembala Rabi’ah Hatta dan anak terakhir, Halida Nuriah Hatta.

Bung Hatta wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Dimakamkan di TPU Tanah Kusir dengan upacara kenegaraan.

Masa Kecil dan Pendidikan

Sejak kecil Hatta berada di lingkungan keluarga taat beragama (Islam). Kakeknya dari pihak bapak, merupakan ulama Minangkau pendiri Sirau Batu Hampar.

Pendidikan formal pertamanya di sekolah swasta, itupun hanya 6 bulan. Lalu pindah ke sekolah rakyat dan sempat satu kelas dengan kakaknya, Rafiah. Di sekolah ini juga tidak sampai tamat, cuma tiga semester.

Kemudian pindah lagi ke Europeesche Lagere School (ELS), sampai tahun 1913. ELS sekarang SMA N 1 Padang. Lulus dari ELS, melanjutkan studi di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs).

Sejak di MULO, Hatta mulai tertarik dan aktif berorganisasi. Ia tergabung dalam Jong Sunatranen Bond cabang Padang, ditunjuk sebagai bendahara.Juga sering datang ke pertemuan politik. Tokoh politik idolanya kala itu adalah Abdul Muis.

Lulus dari MULO, studinya dilanjutkan di Handels Hogeschool Belanda (sekarang namanya Universitas Erasmus Rotterdam).

Hobi Baca, Kolektor Buku

Sejak muda Hatta hobi baca dan di usia 16 tahun, sudah menjadi kolektor buku. Bahkan saat menjadi mahasiswa di Belanda, ia punya buku paling banyak dibanding mahasiswa lainya.

Buku buku yang dikoleksi beragam tema. Mulai dari buku politik, sastra, hukum, ilmu ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, sejarah dan masih banyak lagi.
Hatta selalu menata rapi buku yang dimiliki.

Saat menjabat wakil Presiden, dia memiliki ruang khusus untuk buku bukunya. Dan ketika mundur dari jabatanya, ruang perpustakaanya bahkan lebih besar ketimbang saat menjabat.

Sangking cintanya kepada buku,mempekerjakan ahli perpustakaan, namanha Gustav Apituley, orang Ambon agar buku bukunya dikelola dengan baik.

Menjadi Bagian Perhimpunan Indonesia (PI)

Sambil studi di Economiache Higeschool Belanda. Hatta juga mulai aktif berorganisasi. Ia masuk ke Perhimpunan Indonesia (PI). sebelumnya bernama Indonesische Vereniging).


Mulanya, ini adalah organisasi sosial. Namun berubah menjadi organisasi politik. Selain itu, dia mengelola majalah namanya Indonesia Merdeka (Sebelumnya bernama Hindia Putera).

Sempat tak aktif beberapa lama di PI karena ingin fokus pada pendidikan. Hatta kembali terjun ke organisasi ini dan malah menjadi pemimpin.

Ketemu Tokoh PKI, Dipenjara di Belanda


Hatta sempat didatangi Semaun, tokoh PKI 1926 di Belanda. Semaun menawari PI dibawah pimpinan Hatta menjadi pemimpin pergerakan nasional. Kemudian, dibentuklah sebuah perjanjian namanya Konvensi Semaun-Hatta. Hal ini membuat Pemerintah Belanda meradang.

Pada tanggal 25 September 1926, Hatta bersama Madjid Djojohadiningrat, Ali Sastroamidjojo dan Nazir Datuk Pamuntjak ditangkap Pemerintah Belanda.

Mereka dijebloskan ke penjara Rotterdam selama tiga tahun atas tuduhan terlibat partai terlarang yang dikaitkan Semaun dan PKI. meski Hatta bukan komunis. Tuduhan lainya adalah dianggap menghasut untuk menentang kerajaan Belanda.

Bung Hatta menolak seluruh tuduhan yang dialamatkan kepadanya dengan pidatonya yang terkenal yakni Indonesie Vrij (Indonesia merdeka).Pidato itu ia bacakan saat sidang kedua kasusnya digelar yakni pada 22 Maret 1928. Akhirnya, Hatta dan ketiga temannya dibebaskan oleh Mahkamah Agubmng di Den Haag dari semua tuduhan.

Bung Hatta menolak seluruh tuduhan yang dialamatkan kepadanya dengan pidatonya yang terkenal yakni Indonesie Vrij (Indonesia merdeka).Pidato itu ia bacakan saat sidang kedua kasusnya digelar yakni pada 22 Maret 1928. Akhirnya, Hatta dan ketiga temannya dibebaskan oleh Mahkamah Agubmng di Den Haag dari semua tuduhan.


Dari Belanda Kembali ke Indonesia

Setelah menyelesaikan studi di Belanda, Hatta pulang ke Indonesia. Di tanah air, sibuk menulis berbagai artikel tentang ekonomi dan politik serta aktif dalam pergerakan politik kemerdekaan.

Beberapa tulisan politiknya membela Soekarno yang kala itu ditahan dan diasingkan Pemerintah Kolonial Belanda ke Ende Flores. Setelah Soekarno diasingkan, Pemerintah Belanda mengalihkan fokus untuk “meringkus” beberapa tokoh politik Indonesia.

Termasuk Hatta, Sutan Sjahrir, Bondan, Burhanuddin, dan beberapa tokoh lainnya. Hatta dipenjara di Glodok dan Cipinang hampir setahun, lalu diasingkan ke Boven Digul Papua pada 1935.

Di pengasingan, Hatta menulis artikel untuk surat kabar Pemandangan, demi memenuhi kebutuhan hidup.

Pada Januari 1936, Hatta dan kawan kawan dipindah ke Banda Neira, di pengasingan yang baru ini Hatta bertemu beberapa tokoh seperti Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Mr. Iwa Kusumasumantri.

Kedatangan Jepang dan Menolak Tawaran Jabatan

Sekitar tahun 1941, Jepang mulai masuk Indonesia. Belanda khawatir kalau tahanan politik, termasuk Hatta, bekerjasama dengan Jepang, sehingga Belanda memindahkan para tahanan ke Australia.

Beruntung, Hatta dan Sjahrir hanya dipindah ke Sukabumi, 3 Februari 1942. Sementara tahanan lain tetap dilarikan ke negeri Kanguru. Bahkan Hatta malah ditawari jabatan penting oleh Jepang, namun ditolak. Hatta hanya ingin negaranya merdeka, bukan jabatan.

Pada tanggal 9 Agustus 1945, Hatta, Soekarno dan KRT Radjiman Wedyodiningrat, ke Dalat Vietnam untuk dilantik sebagai ketua dan wakil ketua PPKI oleh Panglima Jepang untuk Asia Tenggara, Jenderal Terauchi. Pelantikan ini terkait persiapan kemerdekaan Republik Indonesia.

Diculik ke RengasDenglok

Sehari sebelum proklamasi, yakni tanggal 16 Agustus 1945 Soekarno dan Hatta diculik golongan pejuang nasionalis muda. Mereka mendesak Soekarno-Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun akhirnya deklarasi kemerdekaan jatuh pada 17 Agustus 1945.

Jadi Wakil Presiden dan Mengundurkan Diri

Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, Bung Hatta diangkat jadi wakil Presiden Indonesia pertama, mendampingi Presiden Soekarno. Selama menjabat, dia masih aktif ceramah di berbagai perguruan tinggi.


Bung Hatta juga mengadakan Kongres Koperasi pertama, yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia. atas jasanya, beliau diangkat sebagau Bapak Koperasi Indonesia.

11 tahun menjabat, Pada tanggal 30 November 1956, Bung Hatta resmi mengundurkan diri sebagai wakil Presiden dan disetujui DPR. Setelah mundur, kegiatan sehari hari Hatta menulis buku dan mengajar.

Wafat dan Penghargaan

Beliau Wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta setelah 11 hari dirawat disana dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir dengan upacara kenegaraan.

Atas jasa jasanya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, Bung Hatta mendapat gelar pahlawan proklamator pada tanggal 23 Oktober tahub 1986 melalui Keppres No 81/TK/1986, bersamaan dengan Bung Karno.
Pada 7 November 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan gelar Pahlawan Nasional kepada Bung Hatta. 

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)